Senin, 23 Oktober 2017

tafsir hadist kealaman - hujan

A. Pendahuluan
Fenomena alamiah yang terjadi di sekitar kita seperti hujan telah menjadi pembahasan dalam al-Qur’an sejak 14 abad yang lalu. Tetapi pembahasan dalam al-Qur’an tentang hal ini menjelaskannya secara global. Proses ini tidak bisa kami hukum secara langsung, tetapi terjadi beberapa hepotesis dan teori atas turunnya  hujan, diantaranya yang sangat kentara yaitu karena perintah Allah SWT. Proses-proses ini baru diketahui ketika manusia memiliki ilmu pengetahuan yang baru memadai untuk dapat dikaji melalui ilmu pengetahuan pada akhir abad 20an.
Para ahli Fisika dan Meterologi dengan kemampuan penelitian Laboratorial mereka mampu menjelaskan proses turunnya hujan dengan cara detail, mereka telah berhasil meemukan bukti-bukti proses turunnya hujan sebagai struktur unik yang diturunkan oleh Tuhan. Serta beberapa Ulma Mufassir menjelasakan uniknya proses ini sebagaimana yang disampaikan oleh para ilmuan. Ini sebagai salah satu landasan bagaimana para ulama tafsir dalam menafsirkan sebuah ayat dalam al-Qur’an menggunakan penelitian ilmiah. Bagaimana proses-proses ini dilakukan akan di jelaskan dalam makalah ini dengan dua versi yaitu al-Qur’an itu sendiri bagaimana menjelasakannya yang diikuti bagaimana penjelasan detail oleh para ilmuwan menggunakan teknologi modern dengan kecanggihan fasilitasnya, lalu apa aja menfaat dari hujan itu sendiri.
B. Proses turunnya hujan

QS. An-Nuur [24] : 43 _  Proses Terbentuknya awan
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزۡجِي سَحَابٗا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيۡنَهُۥ ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ رُكَامٗا فَتَرَى ٱلۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٖ فِيهَا مِنۢ بَرَدٖ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصۡرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَآءُۖ يَكَادُ سَنَا بَرۡقِهِۦ يَذۡهَبُ بِٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٣
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Penafsiran:
Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb dijelaskan أَنَّ ٱللَّهَ يُزۡجِي سَحَابٗا ( sesungguhnya Tangan Allah mengarak awan), kemudian awan tersebut dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk dikumpulkan dan dihimpun sehingga awan menjadi saling menindih. Maka ketika awan telah mencapai berat yang dikehendaki, hujan pun turun dari celah-celahnya disertai pula bongkahan-bongkahan es dalam bentuk gunung yang besar dan lebat. Dimana diantara bongkahan tersebut terdapat butiran-butiran es yang kecil.
يَكَادُ سَنَا بَرۡقِهِۦ يَذۡهَبُ بِٱلۡأَبۡصَٰرِ  (Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”) ungkapan ini timbul untuk menyempurnakan keserasian dengan wacana cahaya yang sangat besar dalam alam semesta yang terhampar luas. Demikianlah cara al-Qur’an menggambarkan keserasian dalam deskripsinya.
Penjelasan Sains:
Berdasarkan ayat al-Qur’an surat an-Nuur: 43, dapat kita pahami, bahwa proses terjadinya hujan ialah karena adanya awan. Sehingga untuk mengetahui bagaimana hujan terbentuk hendaknya kita juga harus mengetahui apa itu awan dan bagaimana proses pembentukan awan hujan sehingga bisa menurunkan air hujan ke bumi.
Dalam buku “kasih sayang Allah dalam hujan”, dipaparkan:
bahwa porses pembentukan awan ialah karena adanya radiasi matahari yang ada di permukaan bumi. Bentuk permukaan bumi yang sangat bervariasi bentuk topografinya akan mempengaruhi tingkat kelembapan udara atau uap air di permukaan bumi. Daratan yang mengandung uap air tinggi akan lebih cepat membentuk awan. Energi tinggi yang diperlukan untuk menguapkan air yaitu 580 kalori tiap 1 gram uap air. Uap air yang ada di permukaan bumi akan dipanasi oleh radiasi matahari secara konveksi, adveksi, atau secara konduksi, sehingga mengangkat massa uap air di permukaan bumi ke atas, pada ketinggian tertentu uap air tersebut mengalami kondensasi. Pada ketinggian kondensasi ini akan terbentuk butiran-butiran air yang disebut embun. Butiran-butiran air yang telah mengembun dan melayang-layang di udara tersebut di namakan awan.
QS. ar-Ruum [30] : 48 _ Proses terbentuknya hujan
ٱللَّهُ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابٗا فَيَبۡسُطُهُۥ فِي ٱلسَّمَآءِ كَيۡفَ يَشَآءُ وَيَجۡعَلُهُۥ كِسَفٗا فَتَرَى ٱلۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلَٰلِهِۦۖ فَإِذَآ أَصَابَ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦٓ إِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ ٤٨
 “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal (kisafan); lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Penjelasan mengenai kata  كِسَفٗا (bergumpal-gumpal) dalam QS. ar-Ruum: 48, sesuai dengan fakta ilmiah dimana hujan terbentuk karena adanya awan stratus. Awan ini akan terbentang secara horizontal dan membentuk lapisan sepanjang 200 kilometer. Ia akan memanjang dari lapisan pertama paling bawah, lapisan kedua, lapisan ketiga, kemudian lapisan keempat dan seterusnya.
Awan stratus tidak dapat menghasilkan kilat, guntur dan butiran-butiran es, tetapi hanya menurunkan hujan saja. Namun, awan ini tidak selamanya dapat menurunkan hujan, jika empat lapisan awan tidak berkumpul menjadi satu. Maka apabila hanya tiga lapisan yang berkumpul, hujan akan tetap akan terbentuk tetapi tidak akan sampai jatuh ke bumi, karena telah menguap di udara. Penjelasan lebih lanjut mengenai proses turunnya hujan akan dijelaskan sebagai berikut:
Fase ke-1:  ٱللَّهُ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ  (Allah, Dialah yang mengirim angin)
  Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih di lautan. Saat gelembung-gelembung ini pecah menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam dengan diameter 1/1000, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".
Fase ke-2:  فَتُثِيرُ سَحَابٗا فَيَبۡسُطُهُۥ فِي ٱلسَّمَآءِ كَيۡفَ يَشَآءُ وَيَجۡعَلُهُۥ كِسَفٗا (lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal).
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
Fase ke-3:   .....فَتَرَى ٱلۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلَٰلِهِۦۖ (lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya....)
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita pahami bahwa al-Qur’an yang telah diturunkan dalam kurun waktu 14 abad lalu, telah menjelaskan proses turunnya hujan dengan sangat jelas dan detail. Kemudian fenomena ini mampu dijelaskan secara ilmiah. Sehingga, terbuktilah kedudukan al-Qur’an sebagai sumber yang hakiki.
C. Hujan Memberikan banyak manfaat
Secara keseluruhan, air yang ada di bumi selalu dalam kondisi stabil, tetap dan terukur sesuai dengan kebutuhan mansia. Adanya siklus antara uap dan hujan berfungsi memurnikan air bumi, dimana terdapat triliunan populasi makhluk dengan segala bentuk dan ragam kehidupannya yang hidup dan mati dalam setiap waktu. Adanya siklus ini juga berfungsi menjaga keseimbangan suhu panas di atas permukaan bumi dan meminimalisir teriknya panas matahari di musim panas.
Rata-rata curah hujan yang turun ke permukaan bumi mencapai 85,7 cm kubik per tahun. Volume ini berkisar antara nol di kawasan-kawasan padang pasir yang kering dan tandus hingga 11,45 m kubik per tahun di kepulauan Hawaii. Jumlah keseluruhan air yang menguap ke lapisan gas bumi setiap tahun tetap, begitu pula total keseluruhan uap air yang dibawa lapisan gas ini, maka total air hujan yang turun ke bumi setiap tahunnya pun tetap sama. Oleh karena itu, air pun membawa banyak manfaat bagi kehidupan.
QS. al-Nahl [16] : 65 _ air hujan menyuburkan tumbuhan
وَٱللَّهُ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَآۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَسۡمَعُونَ ٦٥
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).”
Penafsiran:
Sayyid Quthb menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa مَآءٗ air adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Teks ayat ini menetapkan kehidupan bagi bumi secara keseluruhan dan meliput segala makhluk hidup di atasnya, baik berakal maupun yang tidak berakal.
QS. Al-Furqan [25] : 48-49
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَيۡ رَحۡمَتِهِۦۚ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ طَهُورٗا ٤٨ لِّنُحۡـِۧيَ بِهِۦ بَلۡدَةٗ مَّيۡتٗا وَنُسۡقِيَهُۥ مِمَّا خَلَقۡنَآ أَنۡعَٰمٗا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرٗا ٤٩
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.”
Tafsiran:
Di jelaskan dalam tafsir “Fi Zhilalil-Qur’an” bahwa kehidupan di muka bumi ini seluruhnya berasal dari air hujan, baik secara langsung maupun melalui aliran sungai. Juga dari sumber air, mata air, dan sumur yang mengalirkan air dari dalam tanah yang pada dasarnya berasal dari air yang merembes ke perut bumi dari hujan tersebut.
Penjelasan Sains:
Air hujan mengandung banyak mineral dan zat-zat yang bermanfaat bagi makhluk hidup (dalam kasus ini tumbuhan). Air hujan berasal dari uap air salah satunya dari air laut yang mengandung zat-zat tertentu yang bisa menyuburkan tanah. Sehingga daerah yang dulunya gersang bisa ditumbuhi oleh tanaman. Uap air yang naik ke langit berasal dari air laut yang pada lapisan mikronya terdapat banyak sisa orgnaik yang disebabkan oleh matinya zooplankton dan ganggang mikroskopik dan berbagai unsur lainnya. Supangat dan mawanah menjelaskan diperoleh data sekitar 92 unsur alami dalam air laut baik berupa logam atau non-logam. Unsur-unsur tersebut terangkat ke atas langit kemudian menguap, proses ini pada akhirnya menghasilkan butiran-butiran tegangan permukaan yang kaya akan zat penyubur tanah atau pupuk seperti unsur-unsur Na, Ca, Mg, K dsb selain logam dalam bentuk koloid (aerosol) yang dapat menambah kesuburan. 
a. Siklus Hidrologi
 
Siklus hidrologi pada umumnya terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: evaporasi, presipitasi, infiltrasi, dan limpasan permukaan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Evaporasi
Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi gas atau yang biasa dikenal dengan pemuaian. California energy mengatakan bahwa hasil evaporasi adalah 90% uap air pada atmosfer yang berasal dari samudera, laut, sungai, danau, dan tanah. Salah satu kebesaran Allah adalah dapat mengubah air menjadi kumpulan gas di atmosfer dengan bantuan sinar matahari, yang disebut dengan awan dengan bentuk yang bergumpal-gumpal. Lebih jelasnya lihat gambar sebagai berikut:
*
Adapun fase-fase terjadinya evaporasi perinciannya sebagai berikut:
1) Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil, dengan diameter seperseratus milimeter. Partikel kecil ini lebih ringan daripada udara di sekitarnya. Sehingga partikel ini terdorong dengan sendirinya ke atas.
2) Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin, dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfir.
3) Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin, dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekeliling partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan.

2. Presipitasi
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزۡجِي سَحَابٗا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيۡنَهُۥ ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ رُكَامٗا فَتَرَى ٱلۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٖ فِيهَا مِنۢ بَرَدٖ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصۡرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَآءُۖ يَكَادُ سَنَا بَرۡقِهِۦ يَذۡهَبُ بِٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٣
43. Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Menurut Thantawi Jauhari, firman Allah “mengarak” maknanya adalah mengarakkannya perlahan lahan dan lembut, seperti pengembala mengarak ontanya, dia mengaraknya dengan lembut, dan angin menggerakkan awan. Kemudian sesudah itu antara yang satu dengan yang lainnya bersambung satu sama lain, dan berkumpul satu sama lain kemudian Dia “menjadikannya betindih tindih” antara satu sama lain layaknya pasir yang saling bertindih maksudnya terkumpul. Begitulah proses pembentukan awan yang selanjutnya menjadi hujan atau presipitasi.
Proses presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi(hujan). Ketika air diuapkan matahari dalam proses evaporasi, uap air tersirkulasikan di atmosfer, kemudian terkondensasi menjadi zat cair. Menurut KBBI, istilah kondensasi atau pengembunan adalah perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun dan menjadi gumpalan yang disebut dengan awan. Awan hujan merupakan gumpalan besar yang luasnya bisa berkisar 20 hingga 260 m² dan memiliki ketebalan antara 9.000 hingga 12.000 m.
Terjadinya proses prepitasi karena beberapa faktor, yaitu: kelembapan udara, energi matahari, angin, suhu udara. Dari berbagai faktor tersebut, maka proses prepitasi terjadi dalam bentuk yang bermacam-macam. Sehingga terdapat berbagai macam proses prepitasi yang ada, berikut ini adalah klasifikasinya:
1.  Hujan konvektif, hujan yang terjadi karena proses konveksi dari hasil proses pemansan. Massa udara ini lebih ringan dan kemudian terdorong ke atas. Awan yang terbentuk melalui proses konvektif adalah awan yang tumbuh secara vertikal yaitu culumbus atau comulonimbus yang umumnya menghasilkan hujan lebat. Hujan konvektif ini umum terjadi di daerah tropis.
2. Hujan Frontal, tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe hujan ini, massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak ketempat yang lebih tinggi. Tergatung pada tipe hujan yang dihasilkanya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan frontal dingin dan hangat. Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai.
3. Hujan Orografik, jenis hujan yang umum terjadi didaerah pegunungan, yaitu ketika massa udara dipaksa bergerak ketempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sehingga kondensasi makin cepat dengan semakin rendahnya suhu dan meningkatnya ketinggian. Apabila ukuran butir air sudah cukup besar dan telah terjadi proses pematangan, maka huja akan turun meski belum mencapai puncak. Tipe hujan orografik di anggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karena berlangsung di daerah hulu.
b. Infiltrasi
Proses infiltrasi adalah gerakan perjalanan air ke dalam tanah atau peresapan sebagai akibat kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (ke arah vertical). Air yang meresap ke dalam tanah sebagian akan tertahan oleh partikel-partikel tanah dan menguap kembali ke atmosfer, sebagian lagi diserap oleh tumbuhan dan yang lain akan terus meresap di bawah permukaan bumi hingga zona yang terisi air yaitu zona saturasi sebagaimana telah disebutkan dalam Q.S. Al-Mukminun ayat 18. Air yang meresap melalui pori-pori tanah kemudian tersimpan di bawah permukaan bumi yang tak dapat ditembus oleh air sehingga disebut air tanah. Air yang meresap melalui pori-pori tanah kemudian tersimpan di bawah permukaan bumi yang tak dapat ditembus oleh air sehingga disebut air tanah. Dalam pernyataan ayat yang mulia tersebut merupakan isyarat bahwa segala air yang ada di dalam perut bumi itu diperoleh dari air yang turun dari awan melalui jalan turunnya hujan.
c. Limpasan permukaan
Proses limpasan permukaan merupakan peristiwa meluapnya air ke permukaan bumi. Ketika zona saturasi terus terisi oleh air maka air tersebut akan mencari cara untuk meloloskan diri ke permukaan bumi. Tetapi tanah tidak mampu menyerap air, maka air permukaan ini mencari celah untuk mengalir di antara palung sungai dan danau. Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra’du ayat 17 yang artinya:
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.”
Kesimpulan
Mengenai proses penurunan hujan atau lebih terkenal dengan siklus hujan, telah ditemukan secara global pada al-Qur’an yang berumur lebih dari 14 abad yang manusia baru menemukannya di akhir abad 20an. Setelah diteliti dapat disimpulkan bagaimana dahsyatnya al-Qur’an ketika diturunkan hingga saat ini, Karena di zaman nabi belum ada peralatan modern yang meniliti turunnya hujan, akan tetapi hal ini telah dijelasakan dalam al-Qur’an. Siklus hujan menurut pemakalah memiliki 3 fase. Fase-fase tersebut ialah proses awal bagaimana hujan terbentuk, proses akhirnya yaitu apa yang selalu kita lihat setiap hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar