Senin, 23 Oktober 2017

Hadist Sosial .. perintah sabar dan syukur

Nama : Faisal Wafi
NIM : 14530023


HADIST TENTANG PERINTAH BERSYUKUR DAN SABAR

Shohih Muslim No.5318

حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْدِيُّ وَشَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ جَمِيعًا عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ وَاللَّفْظُ لِشَيْبَانَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid Al Azdi dan Syaiban bin Farrukh semuanya dari Sulaiman bin Al Mughirah dan teksnya meriwayatkan milik Syaiban, telah menceritakan kepada kami Sulaiman telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya."

Kualitas Hadist

Dari tahkrij hadist yang dilakukan,hadits ini mempunyai 2 syawahid yang mendukung keshohihan matannya yaitu dalam musnad Ahmad hadist no.18171 dan no.22804.
Sedangkan derajat para perawinya dapat dilihat sebagai berikut :
a. Shuhaib bin Sinan
Kunyah nya adalah Abu Yahya,seorang sahabat yang tinggal di Madinah,wafat 38 H.
b. Abdurahman bin abi Layla Yasar
Tabi’in kalangan tua,kunyah nya adalah Abu Isa,tinggal di kuffah,wafat 83 H. Menurut para ulama jarh wa ta’dil bersepakat beliau adalah orang yang Tsiqoh
c. Tsabit bin Aslam
Tabi’in kalngan biasa,kunyahnya adalah Abu Muhammad,hidup di Bashrah,dan wafat pada 127 H.Menurut ibnu hibban dan anNasa’i beliau adalah orang yang disebutkan dalam as-stiqat.
d. Sulaiman bin alMughirah
Tabi’ut Tabi’in kalangan tua,kunyahnya adalah Abu Said,tinggal di Bashrah,dan wafat pada 165 H. annasai berpendapat bahwa beliau adalah stiqoh,dan ahmad bin hambal berpendapat beliau adalah stiqoh tsabat.
e. Hudbah bin Khalid bin alAswad bin Hudbah
Tabi’in kalangan pertengahan,kunyahnya adalah Abu Khalid,tinggal di Bashrah dan wafat 235 H.para ulama bersepakat bahwa beliau termasuk dalam asstiqot.
Mengacu pada hadis pembanding dan kualitas para perawi yang disebutkan,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits diatas adalah hadist Shohih.
Kandungan isi hadits
Hadits diatas merupakan sebuah gambaran mengenai besarnya keutamaan rasa syukur dan sabar,sebagai respon atas segala sesuatu yang berkenaan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Kehidupan didunia ini tidak selalu bejalan seperti yang kita harapkan,namun ia selalu mengalami perubahan dengan setiap kondisi yang sangat berpengaruh bagi sikap seseorang. Apalagi perubahan yang terjadi dari menyenangkan menjadi sebaliknya.
Dalam hadits tersebut bahkan disebutkan secara gamblang bahwa rosul sendiri takjub dengan muslim yang bersifat sabar dan syukur karenanya ia adalah puncak dari keimanan. Sabar adalah tidak adanya rasa berputus asa ketika cobaan datang,yang mana ia akan terealisasikan dengan perbuatan.Betapa pentingnya sikap sabar sehingga al-Qur’an menyebutnya lebih dari sembilan puluh empat kali,seperti yang terdapat pada QS al-Baqarah:153 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya “wahai orang orang beriman minta tolonglah kepada allah dengan sabar dan (mengerjakan) sholat,sesungguhnya allah bersama orang orang yang sabar”
Kemudian selain itu,Syukur sendiri tidak bisa dipisahkan dari sabar,karena kedua sifat ini akan selalu dibutuhkan secara bersamaan. Syukur adalah ungkapan rasa yang timbul karena adanya nikmat yang diberikan pada seseorang,bersyukur berarti kita berterimakasih kepada Allah yang telah memberikan segala kenikmatan,baik itu dengan ucapan hamdalah,meningkatkan amal ibadah dan ikhtiar,maupun dengan shodaqoh.
Menurut al Kharraj yang dikutip oleh Amir annajar mengatakan syukur itu dibagi menjadi tiga bagian :
a. Syukur dengan hati,yaitu mengetahui dan mengimani bahwa segala yang datang itu dari Allah,bukan selainNya.
b. Syukur dengan lisan adalah dengan mengucapkan tahmid dan memujiNya.
c. Syukur dengan jasmani berarti tidak menggunakan setiap anggota badan dalam kemaksiyatan tetapi untuk ketaatan kepadanya.
Pendapat Ulama
Para ulama memberi komentar dan mensyarahi hadits ini diantaranya :
a. 
قال عبد الله بن مسعود: ينقسم الإيمان إلى قسمين. جزئيا (هو) الصبر وجزئيا (الآخر هو) الشكر
“imam Ibnul Qayim berkata bahwa hadist ini mengenai tingkatan iman seluruhnya,dan disebutkan pula pendapat abdullah bin mas’ud : Iman itu terbagi  menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagiannya (lainnya adalah) syukur”
b. 
قال المؤلف :وعبد كامل لإيمانه سيكون دائما ممتنا لله عندما سعيدة وصبر عندما المضطربة، ثم في جميع الظروف انه يسر دائما مع الله في جميع أحكام مصيره، وبالتالي فإن الضيق والمصيبة التي يصيبه يتحول إلى نعمة وفضل بالنسبة له
Seorang hamba yang sempurna imannya akan selalu bersyukur kepada allah ketika senang dan bersabar ketika susah,maka dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada allah dalam segala ketentuan takdirnya,sehingga kesusahan dan musibah yang menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya.

Hadist setema
Sunan at-Tirmidzi No.2437

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Lihatlah orang yang ada di bawah dari kalian, jangan melihat yang ada di atas kalian, karena yang demikian lebih mendorong untuk tidak mengurangi nikmat Allah atasmu." Hadits ini shahih.
Musnad Ahmad No.7191
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ الْقُرَشِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ عَزَّ وَجَل
“Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Muslim Al Qurrosyi dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Orang yang tidak bersyukur kepada manusia berarti tidak bersyukur kepada Allah”


Kontekstualisasi
Konsepsi syukur dan sabar sebenarnya haruslah bersifat aplikatif,dua hal ini tidak bisa jika dipandang sebagai sebuah konsep melainkan sekaligus harus dengan praktiknya.pertama syukur,syukur adalah lawan dari kufur. Hakikatnya menampakkan kenikmatan,bukan menyembunyikan.Seperti dalam hadits yang penulis sebutkan “barang siapa yang tidak berterimakasih kepada sesorang maka ia tidak bersyukur kepada allah.”
Dalam konteks sosial,bersyukur berarti menjaga kesinambungan hubungan antar pribadi dalam masyarakat. Contohnya saling mengucapkan terimakasih dan saling membantu ketika dibutuhkan,memenuhi undangan,dan lainnya.ada beberapa manfaat syukur khususnya dalam konteks sosial :
· Memperbaiki dan memperlancar interaksi sosial
   Dalam kehidupan bermasyarakat,hubungan yang baik danlancar merupakan hal yang penting. Hanya orang yang bersyukur yang bisa melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan sosial karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang telah diperolehnya.
· Menumbuhkan optimisme
Syukur mengandung arti mengenali semua nikmat yang telah Allah karuniakan,termasuk didalamnya yakni dengan mengenali potensi potensi yang telah allah anugerahkan dalam diri kita yang nantinya akan menumbuhkan opimisme.
Kedua Sabar,ia adalah salah satu pembentuk akhlaqul karimah yang terdiri dari dua hal,yaitu pengendalian emosi dan pengendalian keinginan.dalam hal pengendalian emosi dipraktekan dengan bentuk tidak lekas marah,menahan diri,dan dapat mengekang perasaaan.sedangkan dalam artian pengendalian keinginan dipraktekkan dengan bentuk kemampuan mengenali diri,didalam ilmu sosio-psikologism disebut dengan Enotial quotient atau kecerdasan emosional.tujuannya agar seseorang dapat mengenal dan berempati pada orang lain,serta dapat bereaksi secara proporsional.
Pengertian sabar menurut hemat penulis,tidak harus identik dengan sifat pasif,seperti tidak mau berusaha dan menunda nunda pekerjaan,namun haruslah aktif.Sebagai contoh seorang mahasiswa yang tekun dan giat belajar selama kuliah,dapat diartikan sebagai mahasiswa yang sabar.
Dalam konteksnya sabar dapat dibagi menjadi tiga :
1. Sabar dalam ketaatan menjalani perintah Allah. Hal ini dilakukan secara konsisten baik dalam ibadah yang sifat nya maliyah,badaniyah,dan qalbiyah.
2. Sabar dalam meninggalkan maksiat dengan menjauhi segala larangan Allah. Biasanya hal ini dilakukan dengan lelaku mujahadah secara terus menerus,walaupun nafsu mengatakan keinginan dalam perbuatan tersebut.
3. Sabar ketika ditimpa musibah.Ini dilakukan ketika ditimpa cobaan atau ujian,karena duina sendiri merupakan dar al Imtihan ini dimaksudkan llah untuk menaikan derajat kita.
Demikianlah dua aspek syukur dan sabar yang mana ia adalah hal yang subtansial dan urgensinya sangat berdampak pada kehidupan bermasyarakat dan beragama.Karenanya Allah telah berfirman bahwa orang orang yang bertaqwa adalah orang yang mengedapankan dua sikap ini ,dalam QS al-Baqarah : 177
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Artinya : ...dan orang orang yang bersabar dalam kesulitan,penderitaan,dan dalam peperangan.Mereka ituah orang orang yang benar Imannya dan mereka itulah orang orang yang bertaqwa.



Daftar Pustaka

Abdul Mustaqim,2013,Akhlaq tasawuf,Jogjakarta: Kaukaba dipantara
Ahmad Yani,2007,Be excellent : menjadi pribadi terpuji,Jakarta: al Qalam 
Amir anjar,2004,Psikoterapi sufistik dalam kehidupan modern,terjemah Ija suntana,Bandung: PT Mizan Publika
Barbara prashnig,2007,the power of learning styles,bandung: Kaifa
Ibnul Qayyim,2009,Uddatush Shabirin,Jakarta:Qisthi press
Salim bin ‘Ied,1996,Bahjatu Nadzirin syarah Riyadu Sholihin,Saudi arabia: Daar Ibnu Jauzi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar