Senin, 23 Oktober 2017

Hermeneutika romantik ( Schleiermacher)

HERMENEUTIKA ROMANTIC
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah hermeneutika
Yang diampu oleh
 DR.Fahrudin Faiz, M.AG

 
Oleh:
Faisal wafi (14530023)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017





BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini dalam dunia ilmu al Qur’an dan tafsir sedang hangat hangatnya rekontruksi metode penafsiran dari wilayah klasik menuju modern kontemporer.Para penafsir sudah mulai mlakukan penggalian al Qur’an dengan pendekatan yang dinilai relevan dengan waktu sekarang,salah satunya yang menjadi metode paling kontrofersi adalah hermeunetik. Metode penafsiran adalah sesuatu yang tampak dan bisa diketahui. Apapun yang bisa diketahui pasti memiliki pengetahuan filosofis. Ketika sesuatu itu sudah memiliki pengetahuan filosofis, di waktu yang sama hal itu menemukan sisi ontologisnya sendiri.
Dalam hal objek kajiannya, objek material hermeneutika adalah simbol-simbol—apapun itu—yang didasarkan pada kesepakatan bersama. Termasuk di dalamnya adalah simbol-simbol agama, simbol alam—seperti asap sebagai simbol adanya api—dan simbol-simbol non-verbal seperti gambar dan sebagainya. Sedangkan objek formalnya adalah ungkapan yang mengandung pelajaran dan sulit dipahami. Selanjutnya, dengan itu, seorang penafsir adalah satu-satunya pihak yang paling berhak untuk menganalisa benar tidaknya sebuah objek. Dengan demikian, Dannhauer mengatakan bahwa di sinilah hermeneutika menemukan fungsinya, yaitu untuk menjaga seorang penafsir dari sebuah kesalahan.
Dan berangkat dari itu pula, Dannhauer menyimpulkan bahwa hermeneutika umum atau modern muncul lebih dulu dibanding hermeneutika bibel. Pandangan ini berbeda jauh dengan pandangan Wilhelm Dilthey yang menyimpulkna bahwa hermeneutika bibel murni berasal dari teologi Protestan. Akan tetapi, meskipun sudah sedemikian, Dannhauer gagal menjadikan Hermeneutika sebagai suatu disiplin ilmu mandiri. Selanjutnya, muncul Ernst  Schleiermacher.  
Kegagalan Dannhauer dipandang Schleiermcher sebagai suatu kesempatan emas untuk meneruskan langkahnya. Dan ternyata hal itu bukan isapan jempol. Pada abad ke—19 melalui bukunya Hermeneutical and Criticism, Schleiermacher menuangkan ide-idenya tentang hermeunetika modern. dan di sinilah posisi hermeneutika romantic Schleiermacher berada.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari pendahuluan diatas pemakalah dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang ada :
1. Siapa pencetus hermeneutika romantik?
2. Apa yang dimaksud dengan metode hermeneutika?
3. Bagaimana teori yang dikemukakan hermeneutika romantik?

C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk analisis teori hermeneutika romantik dan korelasinya dalam metode penafsiran al Qur’an.














BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Schleiermacher
Nama lengkapnya adalah Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher. Dia lahir pada tahun 1768 di Breslau, Jerman dalam keluarga Protestan. Kakeknya, Daniel Schleiermacher adalah seorang pastor dan ayahnya seorang tentara pendeta. Lingkungan yang seperti itu membawa Schleiermacher kecil memulai pendidikan  formal di institusi-institusi protestan: Morovian Brethren. Akan tetapi, semua itu tidak bisa memuaskan keraguan Schleiermacher dan justru malah membuatnya semakin ragu terhadap doktrin-doktrin protestan.
Pada tahun 1787, sebab tidak adanya kepuasan tadi, dia—meski tidak searah dengan harapan ayahnya—pindah ke Universitas Halle yang dipandangnya lebih liberal dan sesuai dengan keinginannya, yaitu memperdalam humanisme. Di Halle, dia mengambil Teologi. Pada tahun 1790, dia lulus dalam bidang Teologi Kristen lalu bertugas sebagai tutor swasta sampai 1793.
Di waktu yang sama—dari 1790 sampai 1794—dia menggunakan waktu luangnya untuk mempelajari pemikiran-pemikiran raksasa ketika itu, Kant dan Spinoza. Pendeknya, setelah sepenuhnya memahami kedua pemikiran keduanya, Schleiermacher menuangkan idenya sendiri melalui kritikan terhadap beberapa pemikiran Kant. Sedangkan untuk Spinoza, dia mendukung pemikirannya. Dan semua itu bisa dilihat dalam beberapa karyanya: On Fridom dan Spinosizm.
Pada tahun 1793, karena ada konflik pemikiran dengan pemilik institusi, Schleiermacher diberhentikan sebagai tutor. Pada 1794, dia menjadi pastor di Landsberg sampai 1796. Selanjutnya dia memutuskan untuk pindah ke Berlin, bekerja dalam sebuah rumah sakit. Dan di sinilah dia bertemu dengan tokoh-tokoh romantis—Friedrich dan August Wilhelm—yang nantinya berdampak terhadap pemikiran hermeneutiknya sebagai hermeneutic romantic. Pada tahun-tahun berikutnya, dia lebih aktif menulis artikel-artikel dan buku-buku yang penting. Dan itu berlanjut sampai dia diangkat sebagai professor teologi dai Unversitas Berlin. Banyak karya-karya Schleiermacher yang begitu berharga dalam bidang filsafat bahasa, teologi, dan hermeneutika. Dia menutup usianya pada 1834.

B. Pemikiran schleiermacher
Teori hermeneutik Schleier Macher didasari dengan pandangan filsafat dan Gnosis dimana secara umum menjelaskan metode tafsir teks. Dan teori ini tidak membatasi diri pada tafsiran teks tua dan teks kitab suci. Dia dengan mengganti pemahaman pada aturan hermeneutik untuk pemahaman kitab suci, tidak meyakini doktrin-doktrin gereja, dan menganggap metode hermeneutiknya universal dan menyeluruh.
Schleier Macher hidup di zaman di mana dua aliran filsafat, yaitu filsafat romantik dan filsafat kritik Kant berkembang; sebab itu hermeneutik ia tercampur dengan dua aliran filsafat tersebut. Maka dari itu hermeneutik ini memiliki penekanan pada aspek kondisi-kondisi kejiwaan dan emosional penyusun dan juga memiliki aspek kritik. Dia punya harapan meletakkan kaidah-kaidah universal untuk pemahaman sebagaimana Kant sebelumnya terhadap epistimologi dan penelitian keagamaan mengungkapkan kaidah universal.
Duduk persoalan hermeneutik Schleiermacher adalah bagaimana mengatasi kesenjangan ruang dan waktu antara teks,penulis,dan pembaca untuk menemukan maksud asli penulis teks itu tanpa prasangka pembacanya.
Schleier Macher mengungkap dua teori penafsiran, yakni "Grammatical" (nahwu) dan "Technical" (Psychological) untuk menopang dasar-dasar hermeneutiknya.
Tafsir grammatical memperhatikan aspek-aspek kekhususan perkataan dan keanekaragaman kalimat-kalimat serta bentuk bahasa dan budaya dimana penyusun hidup dan membuat pikiran penulis terpengaruhi. Sedangkan tafsir technical atau Psichological terselip aspek aliran individu (subyetifitas) dalam pesan penyusun dan corak pikiran tulisan ia. Dengan kata lain setiap penjelasan (perkataan atau tulisan) harus merupakan bagian dari sistem bahasa, dan untuk memahaminya tanpa mengenal sistem ini tidaklah mungkin. Tetapi penjelasan itu juga mempunyai dimensi insani dan harus dipahami dalam teks kehidupan orang yang memiliki kehendak tersebut.
Dalam tafsir grammatical terdapat dua unsur penting:
1) Yang dianggap sebagai takwil dalam suatu perkataan yakni apa yang berkembang dalam ilmu bahasa (pengetahuan bahasa) yang sama di antara penyusun dengan pembaca.
2) Makna setiap kata dalam suatu kalimat diketahui dari hubungan kata tersebut degan kata-kata lain dalam kalimat tersebut.
Yang pertama memungkinkan hubungan penyusun dengan pembaca dan yang kedua memperjelas hubungan dalam sistem bahasa
Adapun tafsir teknikal meliputi metode Syuhûdi (penyaksian) dan qiyâsi (perbandingan). Metode syuhudi membimbing si penafsir menduduki posisi penyusun sehingga dia dapat memperoleh kondisi-kondisi penyusun. Metode qiyâsi membawa si penyusun sebagai bahagian dari keseluruhan, dan kemudian sesudah membandingkan penyusun tersebut dengan penyusun-penyusun lainnya (keseluruhan) menghadirkan spesifikasi-spesifikasi yang berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian seseorang hanya bisa diperoleh dengan cara membandingkan perbedaan-perbedaannya dengan yang lain.
Schleier Macher tidak meyakini unsur niat penyusun sebagaimana pandangan Cladinus, dan berpendapat bahwa penyusun apa yang ia buat, ia tidak mengetahuinya, dan senantiasa ia tidak mengetahui dimensi-dimensi yang beraneka ragam dari yang dibuatnya.
Pengetahuan si penakwil dari si penyusun lebih besar ketimbang pengenalan si penyusun dari dirinya. Dia menggantikan keseluruhan kehidupan penyusun dengan mafhum (pemahaman) niat penyusun, sebab karya seni memperlihatkan dari keseluruhan kehidupan penyusun tidak hanya niat penyusun pada waktu khusus berkarya. Di sini terlihat Schleier Macher terpengaruh dengan konsep Frued "alam bawah sadar".
Dia menghakimi bahwa teks mempunyai makna akhir, asli dan pasti, dan berpandangan bahwa setiap kata dalam setiap kalimat mempunyai satu makna dimana makna tersebut adalah mendasar serta dia mengingkari suatu teks dapat ditakwilkan dari beberapa sudut pandang.
Schleier Macher berpandangan bahwa untuk mengenal ucapan seseorang harus mengenal seluruh kehidupannya, dan dari sisi lain untuk mengenal dia harus mengenal pembicaraannya.
C. PENUTUP
Sebagai penutup dalam tulisan ini, penulis akan menyimpulkan danmemberika catatan atas gagasan hermeneutika Schleiermacher. Schleiermache radalah seorang teolog sekaligus filsuf Jerman yang hidup di masa ketika monopolikognisi, estetika, dan etika gereja yang amat pervasive (dapat menembus) dalam kehidupan sehari-hari mulai memudar dan masa ketika mulai dipertanyakan daya jangkau kognitif akal budi terhadap hal  yang transenden oleh Immanuel kant yang kemudian melahirkan aliran romantisisme. Sistem sistem yang mempelajari hermeneutika Schleiermacher antara lain kritisisme,protestanisme, dan romantisisme. Sedangkan konsep hermeneutikanya lebih menekankan pada aspek historisdan psikologis sebagai analisa untuk menemukan makna yang otentik seperti yang dimaksud pengarang pertama (the first author). Adapun cara yang digunakan dengan rekonstruksi historis, subjektif dan objektif terhadap sebuah pernyataan.Dalam hal ini Schleiermacher tidak membedakan bahasa tuturan dan tulisankarena menurutnya keduanya sama-sama mengandung unsur gramatikal danpsikologis. Schleiermacher berpendapat hermeneutika sebagai seni memahami(the art of understanding) membutuhkan metode langkah kerja praktis yaitu komparatif dan divinatoris.Adapun sebagai pemikir hermeneutika, Schleiermacher dipengaruhi banyak tokoh utamanya filolog Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf, di mana keduanya menunjukkan hermeneutika sebagai seni interpretasi teks melalui analisis aspek luar dan dalam teks.
Ada beberapa catatan untuk metode hermeneutika Schleiermacher yang perlu diperhatikan. Karena fokus sentral suatu penafsiran ditentukan oleh Schleiermacher pada maksud, kehendak makna, interioritas rohani, dan muatan batin pengarang maka hal itu mengandung tiga kelemahan. Pertama,penafsir akan mengalami apa yang dinamakan hilangnyapleasure of reading (kenikmatan membaca), karena terlebih dahulu penafsir sudah dibebani dengan telos (tujuan, akhir) yang harus dicapai dalam proses penafsiran. Kedua,apakah benar hasil interpretasi penafsir adalah benar-benar maksud pengarang pertama? Sebab seorang penafsir tidak bisa menyadari kalau telah mendistorsisecara tidak langsung maksud yang dikehendaki sejauh pendapatnya tidak dikonfirmasi kepada pengarang aslinya, kemudian apabila metodehermeneutikanya diterapkan terhadap teks-teks kuno yang tidak terdapat pengarangnya (the death of author) bagaimana mengetahui penilaiannya sesuai atau tidak dengan pengarang pertama? Ketiga dalam menyelami makna tekspenafsir diharuskan memasuki dunia pengarang sebenarnya agar bisa menemukan makna yang sebenarnya, hal itu serasa tidak mungkin sebab tidak ada orang yangmenafsirkan sesuatu tidak dipengaruhi oleh subjektifitas, ideologi penafsir. Semuaitu menurut penulis adalah sesuatu yang patut dipertanyakan dan didiskusikan ulang.
Meskipun demikian, apapun yang sudah menjadi gagasan Schleiermacher dalam bidang hermeneutik perlu kita apresiasi sebab tidak ada sesuatu yangsempurna dan tidak ada sesuatu yang independen dalam artian tidak salingmempengaruhi dan melengkapi. Apa yang diusahakan oleh Schleiermacher adalah usaha untuk memperbaharui pengetahuan kita dalam memahami teks yang padaawalnya teologis dogmatis menjadi teologis antropologis fenomenologis.


DAFTAR PUSTAKA
Adian,Dony gahral,Percik pemikiran kontemporer:sebuah pengantar komprehensif,Yogyakarta : Jala sutra,2006
Bagus, Lorens,Kamus Filsafat,Jakarta: Gramedia, 2002
F.Budi hardiman,Seni memahami,Yogyakarta : PT.Kanisius,2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar